Teman? Sahabat? Cinta?
Teman?
Sahabat? Atau Cinta?
Kuliah?
Sungguh suatu hal yang mungkin menjadi salah satu kewajiban setelah lulus SMA
ataupun SMK. Jalur apapun bisa di tempuh tinggal kita usaha untuk mencapainya
bagaimana. Ketika sudah ke terima pada Universitas yang diinginkan itulah
sebuah hal yang sangat membanggakan, dan hal itu pun amat sangat di rasakan
oleh Aliya. Dia pun bahagia sangat bahagia sekali ketika bisa diterima di salah
satu Universitas negeri di Solo apalagi Universitas itu juga termasuk favorit
di Indonesia. Awal-awal ketika ia kuliah begitu sangat dinikmatinya baik susah,
senang, sulit, kecewa karena masalah kuliah telah dilewatinya. Namun di samping
itu ternyata Aliya di kelas mempunyai sosok laki-laki yang dikagumi, namanya
adalah Ahsan.
Ahsan
mungkin adalah satu-satunya laki-laki di kelasnya yang paling rajin, itu
menurutnya sih. Hahaha
“Idaman
banget kali ya si Ahsan?” pikir Aliya
“Kayanya
lu lagi mikirin Ahsan nih? Wkwkwk” timpal Andi
“Hahaha
kok lu tau banget sih?” jawab Aliya
Begitu
lah keakraban Aliya bersama salah satu sahabatnya si Andi. Dia banyak cerita
tentang Ahsan ke Andi dan Andi pun kadang menimpali dengan guyonan ke Aliya.
Namun
peristiwa tak menyenangkan terjadi pada Aliya saat menjelang akhir semester dan
peristiwa itupun membuatnya sedih karena tak hanya melibatkannya namun
melibatkan Ahsan juga. Walaupun pada akhirnya Aliya sudah mengganti punya Ahsan
yang hilang namun dia tetap saja belum bisa melupakan peristiwa itu. Meskipun murni
bukan kesalahan Aliya, dia tetap bertanggung jawab. Ahsan pun mengerti keadaan
Aliya, dia pun juga mensupport Aliya untuk kembali seperti biasanya lagi.
“Sudah
lah apa yang terjadi biarkan terjadi Al, kamu harus semangat lagi jangan sedih.
Tak apa lah punyaku hilang yang penting kamu tak apa-apa karena peristwa itu.
Aku gak marah sama kamu kok. Hehe.” kata Ahsan
“Tapi
kan itu tetep salahku juga walau bukan aku yang melakukan. Tapi sekali lagi aku
minta maaf ya San, kamu jadi ikut dalam hal ini. Sungguh aku belum bisa
melupakan kejadian itu.” jawab Aliya
“Tak
apa lah Al, intinya sih apa yang kamu punya dan yang ku punya lagi pingin
diminta lagi sama Tuhan, gitu aja sih simple. Hehe” jawab Ahsan
“Okelah
San, makasih banyak udah support aku dan kalau boleh sih untuk dalam waktu
dekat ini aku bisa bonceng berangkat kuliah kagak? Jujur masih takut.” pinta
Aliya
“Sama-sama,
wajib lah kalo saling support. Dengan senang hati aku pasti membantu, engga
apa-apa kalo bareng siap lah Al. Hehe” jawab Ahsan
“Makasih
banyak yak Ahsan, memang the best dah kamu. Haha” timpal Aliya
Begitulah
percakapan Aliya dengan Ahsan sejak adanya peristiwa yang menimpa Aliya,
semakin hari dirasakan Aliya menjadi semakin akrab. Nyaman itu lah yang
dirasakan Aliya saat ini, yang setiap hari selalu berangkat kuliah bareng sama
Ahsan.
SMS
yang diterima setiap pagi selalu sama dan sudah sangat biasa.
“Hei,
hari ini mau berangkat jam berapa?” tanya Aliya
“Berangkat
jam 7 kurang 15 menit ya? Biar gak telat gitu.” jawab Ahsan
“Yah
okay siap pak boss.” jawab Aliya
Percakapan
seperti itu selalu ada setiap pagi dalam hapenya Aliya. Dia semakin merasa
aneh, acap kali Ahsan menanyakan hal yang tak mungkin seharusnya ditanyakan
oleh seorang teman.
“Al,
gimana udah di kos belom?” tanya Ahsan yang ketika hari itu tak bareng sama
Aliya
“Udah
nih, tumben nanya gitu?” jawab Aliya
“Yee
gapapa kali Al, Alhamdulillah kalo gitu.”
Percakapan
yang sungguh langka menurut Aliya. Haha
Suatu
saat ada tugas kuliah yang mengharuskan untuk mencari artikel koran di Kantor
Arsip. Tiba-tiba Ahsan mengajak Aliya.
“Aliya
udah siap belom, aku mau ke arsip nih nyari tugas. Mau sekalian bareng gak?”
tanya Ahsan
“Wih,
ngikut dong jangan di tinggal. Wkwk” jawab Aliya
“Okedeh
Al, aku langsung otw kosmu yak tunggu depan langsung biar gak kelamaan.” tambah
Ahsan
“Siap
San, okay.” jawab Aliya
Hari
demi hari Ahsan dan Aliya serasa semakin dekat, namun entah apa yang dirasakan
Aliya apakah Ahsan juga merasakannya? Pertanyaan yang sulit yang muncul dalam
benak Aliya. Cerita demi cerita setiap kali tak sengaja keluar baik dari Aliya
maupun Ahsan, mulai dari cerita tentang masalah pribadi ataupun tentang
keluarga masing-masing, kocak dan tak terduga itu yang ada dalam bayangan
Aliya. Haha
Yah
itu lah yang dirasakan Aliya dia semakin nyaman dengan Ahsan, walaupun hanya
percakapan biasa seperti itu. Aliya merasakan nyaman mungkin itu yang disebut
cinta?
“Ah
cinta lagi, aku sudah bosan. Bukan sok agamis karena pacaran dilarang tapi
sebenernya udah bosan, ingin yang pasti-pasti aja sih dan langsung nembung ke
orang tua kali ya? *eh wkwk. Cewe kenapa hanya diam ya? Ahsan mungkin tak tau
perasaanku ini, dia mungkin biasa aja ke aku.” pikir Aliya
Apa
yang dipikirkan Aliya selalu sama seperti itu. Satu bulan lebih dia selalu
kuliah berangkat sama Ahsan dan selalu diam dan tak jujur dengan perasaannya itu.
“Aku
bertahan lagi seperti ini? Ah yaudah gapapa. Kuliah dulu yang serius tapi
selain itu mungkin berdoa agar kelak didekatkan sama Ahsan gapapa kali yak?
Haha” pikir Aliya
Hanya
diam dan selalu berharap Ahsan punya perasaan yang sama ke Aliya. Hanya waktu
yang tahu dan kelak yang akan menjawab bagaimana selanjutnya hubungan Aliya dan
Ahsan.
Komentar
Posting Komentar