Bertahan dan Menunggu
Bertahan
dan Menunggu
Masuk
dalam lingkup Universitas yang paling favorit itu sangat diimpikan. Betapa
bahagianya kalau keterima disitu, setidaknya itu yang dirasakan Keke karena dia
masuk ke salah satu kampus yang sangat diperhitungkan pula di Indonesia dengan
jurusan yang ia senangi juga. Sejak tahun 2014 lalu dia masuk ke dalam kampus
itu, satu tahun berlalu tepatnya tahun 2015 ada penerimaan mahasiwa baru dan
dia pun ikut dalam membantu kegiatan dari masa orientasi dan lain-lain. Tak
disangka dia bertemu dengan adik angkatan yang sama jurusannya, namanya Adi.
Sebenarnya dia itu seharusnya sudah masuk kampus dulu namun karena sesuatu dia
baru masuk di tahun itu. Perkenalan itu pun tak sengaja karena sesuatu hal.
“Hai
kak, apa kabar? Seru ya kegiatan orientasi kemarin.” tanya Adi
“Eh,
kabar baik dek. Iya, kemarin acaranya bagus banget. Siapa dulu dong panitianya?
Hahaha” jawab Keke
“Idih,
pede amat ya kak? Wkwkwk” timpal Adi
Percakapan
kecil yang hangat dan selalu seperti itu menjadi terus menerus setiap harinya,
dengan hal seperti itu sedikit membuat Keke ataupun Adi semakin merasa dekat.
“Ah
gak mungkin lah kalau aku suka. Masa iya
sama adik angkatan?” pikir Keke
Ya
mungkin itulah kata-kata yang ada dalam hati Keke, itu hanya kata dalam hati
bukan ucapan. Akhirnya setelah beberapa waktu dia termakan omongannya sendiri,
mulai mengakui kalau ia ada suatu rasa sama Adi. Sehingga ketika melakukan
kegiatan apapun sama Adi dia selalu canggung.
“Kak,
gimana hari ini ada kegiatan engga?” tanya Adi
“Hah?
Kalo aku sih kayanya gak ada kenapa emang?” jawab Keke
“Keluar
yuk kak, maen. Keliling kota ini gitu, kenalin destinasi wisatanya. Kan kakak
lebih lama disini jadi lebih tau. Hehehe” jawab Adi
“Weitsss,
kaya dianggap tour guide aja nih. Hahaha” timpal Keke
“Iya
dong, kan kakak keliatannya orangnya suka jalan-jalan. Gimana nih mau engga?”
jawab Adi
“Okedeh
aku mau, kapan?” tanya Keke
“Hari
ini ya kak? Ntar sore gimana?” tanya Adi
“Apa?
Ntar sore langsung? Yaudah gapapa nemenin adek baru kan dapet pahala. Hahaha”
jawab Keke
“Ih
kakak apaan, oke makasih kakak.” jawab Adi
Dari
mulai kegiatan orientasi yang sudah selesai, Keke merasa aneh pada dirinya
karena dirasa dia semakin dekat sama Adi, walaupun dia adik angkatan.
Percakapan yang sederhana pun selalu ada dalam harian mereka, setidaknya itu
membuatnya tersenyum. Begitu kuatnya Keke, bertahan dengan pendiriannya untuk
menunggu si Adi itu. Entah apa yang dibayangkan Keke sampai dia bisa sekuat
itu, selama hampir dua tahun dia terus mempertahankan hal itu. Hal-hal yang konyol
atau menjengkelkan menjadi warna dalam kesehariannya bersama Adi.
“Eh
kamu hari ini ada kegiatan apa ngga?” tanya Keke
“Gak
ada kak. Kenapa?” tanya Adi
“Makan
yuk? Sama jalan-jalan yuk? Bosen nih butuh piknik. Haha” pinta Keke
“Oke
kak, ayo. Kapan? Nanti?” tanya Adi.
“Nanti
sore sekalian yak? Gimana?” tanya Keke
“Oke
siap kakak, nanti kita jalan-jalan.” jawab Adi
Sederhana
saja kebahagiaan Keke, hanya dengan hal-hal seperti itu dia bisa tersenyum.
Dekat saja dengan Adi bisa menenangkannya, cukup dijaga saja dan mengalir apa
adanya. Namun kadang-kadang suatu waktu dia mempunyai masalah sama Adi, mungkin
juga karena Adi menurutnya yang disiplin dan perfeksionis.
“Eh
ntar tolong ya aku di anter kuliah? Jam 12.30” pinta Keke
“Ya
siap kak, tapi jangan telat ya? Awas.” jawab Adi
“Oke
siap pak boss. Haha” jawab Keke
Tak
selang berapa lama Adi kembali menghubungi Keke.
“PING!!!”
“PING!!!”
“Eh
aku sampai kak, kamu dimana gak bales-bales?” tanya Adi
“PING!!!”
Beberapa
menit kemudian Keke baru membalas pesan dari Adi dan dia pun panik seketika dan
takut akan terjadi sesuatu.
“Maafkan
aku ketiduran tadi, kepala pusing.” jawab Keke
“Tauk
ah, aku udah balik lagi. Males kalo suruh jemput lagi, kalo janjinya jam segitu
ya harus jam segitu udah siap dong kak.” jawab Adi
“Yah,
maafin napa? Kan juga aku lagi gak enak badan.” pinta Keke
“Yasudah
lupakan, intinya aku gamau balik lagi buat jemput.” jawab Adi
Setelah
kejadian itu Keke didiamkan sam Adi, itu mungkin karena buat merenungi apa yang
telah Keke perbuat karena salah ya harus ada resikonya dong. Keke panik dan
khawatir karena semalaman tidak dihubungi atau dikasih kabar. hal itu menjadi
hal pelajaran buat Keke untuk menghargai waktu dan Adi sudah mengajarkan hal
yang baik pada Keke, kedisiplinan itu baik. Keke semakin merasa terpacu dan
sedikit demi sedikit telah berubah mungkin karena dorongan dari Adi selama ini.
“Eh,
udahan napa diemin aku? Gak enak tauk kalo gini” cakap Keke
“Apa
sih kak? Siapa juga yang diemin, ciye ciye takut ya..wkwkw” jawab Adi
“Ih,
ya iyalah. Situ kemarin cuek banget.” jawab Keke
“Ya
itu salahnya kakak juga sih, gak tepat waktu. Lain kali jangan lagi lho ya?
Hehe” pinta Adi
“Oke
siap, kakak..hahaha” jawab Keke
Memang
banyak yang diajarkan Adi ke Keke sehingga banyak membuat diri Keke semakin baik
dan maju. Pengaruh yang baik juga dia rasakan saat bersama Adi. Mulai dari awal
semester tiga ia berkenalan dengan Adi sampai sekarang banyak cerita-cerita
yang unik dan menyebalkan. Itu sudah menjadi bagian wajib untuk mereka berdua.
Saling melengkapi saja satu sama lain. Sampai suatu saat mereka ada sebuah
janji.
“Kak,
kamu jangan lagi ya ngulangin kecerobohanmu dulu-dulu itu?” pinta Adi
“Iya
iya, maafkan deh ya. Aku gak ngulangin lagi.” Jawab Keke
“Nah
gitu dong kak, kan baik. Haha” jawab Adi
“Ih
sukanya ya kamu itu, jail banget. Aku juga punya satu permintaan ke kamu.”
jawab Keke
“Apa
itu kak?” tanya Adi
“Kamu
juga jangan lagi jauh-jauh dan mendiamkan diriku terlalu lama karena seperti
itu gak enak tauk.” pinta Keke
“Iya,
gak lagi deh. Itu kemarin kan juga buat pelajaran kamu.” jawab Adi
“Nah
gitu kan sama-sama enak. Hehe” jawab Keke
Janji
itu yang sangat menenangkan hati Keke, dia sangat mengingatkan hal itu. Jawaban
dari Adi yang tak disangkanya. Mungkin saat ini dekat seperti itu saja dan
jangan mengulang kesalahan yang sama membuat Keke cukup bahagia. Pemberi saran
terbaik mungkin setelah ayah, ibu, dan eyang adalah si Adi yang begitu berarti
buat Keke.
Komentar
Posting Komentar